Rabu, 06 Juli 2011

MATA KULIAH KONSEP KEBIDANAN SEBAGAI APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER BIDAN

OLEH  :  Bidan Elly

Dewasa ini pendidikan berkarakter memang menjadi isu utama dalam dunia pendidikan, tak terkecuali di lingkup perguruan tinggi. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak mahasiswa sebagai anak bangsa, pendidikan berkarakter diharapkan mampu menjadi kesuksesan peradaban bangsa.
Karakter terbentuk saat seseorang lahir. Lingkungan di mana ia tumbuh mempengaruhi baik buruknya karakter. Karakter mahasiswa kembali mulai terbentuk setelah mereka melakukan interaksi di lingkungan kampus. Tolok ukur pembentukan karakter seorang mahasiswa dapat dilihat dari proses mulai dari saat berpredikat mahasiswa baru hingga mantan mahasiswa.
Mengutip pernyataan Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh, saat melantik Rektor Universitas Hasanuddin Makassar pada 7 April 2010 lalu, pendidikan di Indonesia saat ini belum mampu menciptakan masyarakat yang berkarakter. “Pendidikan memang berhasil mencetak mahasiswa sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi pendidikan saat ini tidak berhasil menciptakan masyarakat yang memiliki karakter,” jelasnya sebagaimana dikutip dari Bataviace.co.id.
Pendidikan berkarakter harus dimulai dan dibangun di lingkungan keluarga, dikembangkan di dunia pendidikan, serta pada akhirnya diterapkan secara nyata di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pembentukan karakter yang baik maka akan membuka jalan buat mahasiswa ketika terjun ke dunia kerja, karena dunia global saat ini menuntut tenaga kerja profesional dan punya karakter khusus.  Kendati demikian, menurutnya karakter yang seharusnya dimiliki mahasiswa belum terlihat. Menanggapi persoalan ini tentu saja kita tidak boleh hanya berpangku tangan terhadap pembentukan karakter mahasiswa. Sebab, kampus ibarat rumah kedua bagi seorang mahasiswa.
Universitas/ Sekolah Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya yang penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun kurikulum yang secara jelas memuat pendidikan karakter. Namun, semakin singkatnya waktu studi serta mahalnya biaya pendidikan mendorong mahasiswa menjadi mahasiswa yang pragmatis dalam mencapai citacitanya. Kegiatan akademik sangat menuntut konsentrasi mahasiswa sehingga porsi bagi kegiatan-kegiatan sosial menjadi semakin sedikit. Dorongan untuk berinteraksi secara sosial dengan sesama sangat kurang, padahal hal ini sangat penting dalam pembentukan karakter. Daya tahan dan kemampuan beradaptasi dalam lingkungan dan tekanan pekerjaan sering dikeluhkan sebagai kendala utama yang menghambat pengembangan karir.
Menyadari bahwa karakter individu tidak bisa dibentuk hanya melalui satu atau dua kegiatan saja, maka akan disusun kurikulum pembinaan karakter yang berkesinambungan dan terintegrasi dalam perkuliahan, dimana proses tersebut juga melibatkan dosen, karyawan, dan lembaga lain dalam universitas, sehingga manfaat pembinaan karakter dapat dirasakan.
Secara umum, rencana pengembangan karakter dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
Tahap Awal. Pengembangan karakter menekankan pada kesadaran perubahan status mahasiswa dari kehidupan siswa menjadi mahasiswa yang memiliki serangkaian konsekuensi dan tanggung jawab kedewasaan.
Tahap Madya. Tahapan ini menekankan pada proses belajar secara mandiri dari mahasiswa, melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan orang lain dan mengembangkan kepekaan mereka.
Tahap Akhir. Pada tahap ini proses pengembangan lebih difokuskan pada profil lulusan yang diharapkan oleh industri.
Baik tahap awal, madya, maupun tahap akhir, pengembangan karakter yang dilakukan senantiasa mengacu pada 6 karakter dibawah ini :
Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition ( a project of The Joseph Institute of Ethics). Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Trustworthiness,
Bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal
b.      Fairness,
Bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c.Caring,
Bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d.Respect,
Bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e.Citizenship,
       Bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
       f.Responsibility,
       bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan  sesuatu dengan sebaik mungkin.

 Sumber yang ada menunjukkan bahwa pendidikan karakter di beberapa negara dimulai sejak pendidikan dasar, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea.
 Pemerintah Amerika sangat mendukung program pendidikan karakter yang diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini terlihat pada kebijakan pendidikan tiap-tiap negara bagian yang memberikan porsi cukup besar dalam perancangan dan pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa terlihat pada banyaknya sumber pendidikan karakter di Amerika yang bisa diperoleh. Kebanyakan, program-program dalam kurikulum pendidikan karakter tersebut menekankan pada experiental study sebagai sarana pengembangan karakter siswa.
 The Monk Study. Dalam penelitiannya, Mr. Doug Monk dari Kingwood Middle School di Humble, Texas, membandingkan evaluasi para guru terhadap murid sebelum dan sesudah diimplementasikannya kurikulum Lessons in Character. Dalam kurikulum yang lebih banyak mengajak murid untuk berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan mereka, telah memberikan dampak positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian dan rasa hormat terhadap para staff sekolah, dan meningkatnya keterlibatan para murid secara sukarela dalam proyek-proyek kemanusiaan (Brooks, 2005).
        Di negara Cina, dalam program reformasi pendidikan yang diinginkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter: Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (Li, 2005). Karena itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas.

        Li Lanqing, seorang politikus dan birokrat Cina yang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang pendidikan menenkankan tentang bahayanya sistem pendidikan yang terlalu menekankan hapalan, drilling, dan cara mengajar yang kaku, termasuk sistem pendidikan yang berorientasi hanya untuk lulus dalam ujian. Sebagai hasilnya, Cina yang relatif baru bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan budaya akibat Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao, bisa begitu cepat mengejar ketertinggalannya dan menjadi negara yang maju. Presiden Jiang Zemin sendiri pernah mengumpulkan semua anggota Politburo khusus untuk membahas bagaimana mengurangi beban pelajaran siswa melalui adopsi sistem pendidikan yang patut secara umur dan menyenangkan, dan pengembangan seluruh aspek dimensi manusia; aspek kognitif (intelektual), karakter, aestetika, dan fisik (atletik) (Li, 2005).
 Bagaimana dengan pendidikan bidan saat ini ??? 

Untuk membina karakter mahasiswa kebidanan telah dituangkan ke dalam rencana strategisnya dan perancangan program yang sistematis dan terintegrasi sudah  dilakukan. Sebagai pilot project, adalah mata kuliah konsep kebidanan dan agama.  Dua mata kuliah ini  memang tidak dapat langsung merubah karakter mahasiswa, namun telah memberikan warna positif dalam suasana perkuliahan.
Konsep Kebidanan adalah Mata kuliah ini membahas tentang nilai, teori dan konsep kebidanan dalam kaitannya dengan profesionalisme kebidanan dan penerapan manajemen kebidanan berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Didalamnya telah dijelaskan bagaimana pengertian dan definisi kebidanan, perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan kebidanan,  filosofi kebidanan, paradigma asuhan kebidanan, teori dan konseptual model kebidanan, manajemen kebidanan sebagai metode asuhan kebidanan, sistem penghargaan bagi bidan, serta prinsip perkembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung jawab bidan.
Mata kuliah ini telah menjelaskan secara gamblang bagimana kita menjadi seorang bidan yang benar- benar bertanggung jawab terhadap profesinya. Mata kuliah ini memang kelihatan statis, tetapi sesungguhnya mata kuliah ini sangat dinamis. Coba kita pelajari kembali bagaimana perkembangan bidan mulai dari zaman mesir sampai sekarang, disana terlihat bagaimana seoang badan hanya sebagai pendamping wanita persalinan kini sudah menjadi pemimpin dibidangnya dan  sudah menjadi profesi yang diakui oleh dunia.  Falsafah kebidanan yang kita pelajari lebih awal memberikan gambaran dan pandangan  kita  bahwa bidan harus mempunyai karakter Responsibility.
Perkembangan karir bidan adalah pokok bahasan setelah falsafah. Pada bahasan ini kita mempelajari bagaimana sejarah perkembangan bidan baik luar negeri atupun luar negeri, nah disinilah kita harus mengakui bahwa bidan adalah salah satu pofesi yang berkarakter Trustworthiness, karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur, dan loyal.
Konsep Kebidanan sebagai dasar dalam praktik kebidanan, disini kita akan membedah bagaimana kita memberikan asuhan kebidanan  kepada sasaran kita yaitu manusia yang unik yang terdiri dari biopsikososial dan spiritual , menjadi menajer dalam diri kita sendiri serta bagaimana kita menghimpun profesi kita dalam bentuk organisasi, hal ini sudah memperlihatkan bagiamana mata kuliah ini membentuk karakter individu menjadi seorang yang Fairness, Caring, Respect, dan  Citizenship.
Namun semua itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa satu mata kuliah ini yaitu agama. Mata kuliah ini akan memberikan sebuah pencerahan, sebuah akhir tujuan dari perjalanan panjang. Tanpa didasari keyakinan, keikhlasan, ketakwaan yang seutuhnya,  tentunya profesi kita akan jatuh berkeping- keping tanpa sisa. Banyaknya tugas dan tanggung jawab kita akan terasa berat dan lelah kalau hati kita tidak mempunyai setitik keikhlasan. Ketaqwaan yang kita miliki akan memberikan nuansa nyaman dan aman pada klien kita pada saat berada pada titik nadir. Membantu menzerokan akal dan hati,  meyakinkan pada klien masih ada harapan dariNYA ...bahwa semua akan kembali padanya. Sungguh pekerjaan yang tidak mudah. Batas hitam dan putih akan lebih jelas dengan mempelajari mata kuliah agama.
Nah...sekarang tinggal kita...bagaimana mengkemas dua mata kuliah ini menjadi mata kuliah favorite dan tidak luntur sampai menjadi seorang bidan.

1 komentar: